Rusaknya irigasi Gumbasa di Sigi, Sulawesi Tengah menyebabkan pasokan air ke beberapa daerah terdampak menjadi sangat susah. Efek buruknya warga harus berjalan sejauh mungkin untuk mendapatkan pasokan air bersih dari bocoran pipa. Tercatat 95 keluarga mengalami hal seperti ini.
Hal tersebut tepatnya dialami oleh para warga di Dusun VI Lampio, Desa Maranata yang harus berjalan sekitar 1 kilometer. Hal tidak baik yang menimpa seluruh warga desa tersebut kabarnya sudah terjadi selama 11 bulan lamanya, ketika ada gempa melanda dan kekeringan terus dirasakan hingga saat ini.
Bahkan banyak warga yang berpenghasilan dari bertani mulai kehilangan mata pencahariannya, karena air bersih tak kunjung didapatkan. Jarak satu kilometer mungkin terdengar tidak begitu jauh, namun apabila konteksnya seorang perempuan tua melakukan perjalanan sambil membawa 5 liter jeriken, tentu berat.
ACT Turun Tangan Membantu Fajria dan Warga Lainnya
Fajria, perempuan paruh baya yang mengaku harus bolak-balik selama 2 kali melakukan pengangkutan air tidak sedikitpun menerima bantuan pemerintah. Fajria dan warga lainnya mengaku justru mendapatkan bantuan dari lembaga kemanusiaan dalam hal penyaluran air bersih kepada warga.
Kesulitan air bersih di salah satu dusun di Sigi tersebut mengetuk pintu hati para aktivis ACT atau Aksi Cepat Tanggap untuk menyalurkan air bersih. Selaku Humas ACT, Candra Chan mengungkapkan bahwa timnya sudah menyebarluaskan pengiriman air bersih ke beberapa wilayah terdampak bencana kekeringan.
Chan mengatakan bahwa bocoran pipa saja masih belum cukup untuk mengatasi permasalahan kekeringan di Sigi. Tercatat beberapa wilayah yang sudah diberikan sentuhan air bersih menurut Chan ada 3 wilayah, yakni Desa Karawana, Desa Solouwe, dan Desa Maranata dan masih terus dikembangkan.
Pada 13 Agustus lalu juga Aksi Cepat Tanggap atau ACT telah memberikan bantuan air bersih kepada kampung mualaf, Desa Padende, Kecamatan Marawola. Tercatat sekitar 5000 liter air bersih yang disalurkan oleh ACT kepada sebanyak 40 kepala keluarga yang ada di dusun mualaf tersebut.
Pernah Terjadi Jalan Putus karena Banjir di 4 Kecamatan Sigi
Jika merunut ke belakang, tepatnya Mei 2019 lalu, berita air di Sigi juga bisa didapati pada kabar terisolirnya jalan akibat banjir di empat titik kecamatan. Padahal, konon jalur yang menghubungkan ke Ibu Kota tersebut baru rampung diperbaiki pihak terkait belum lama, yakni akhir April 2019 lalu.
Empat titik desa yang terkena dampak putusnya jalan akibat banjir ini adalah Kulawi, Kulawi Selatan, Pipikoro, dan Lindu. Akibat dari putusnya jalan tersebut, warga yang masih terkena dampak gempa akhirnya kesulitan menerima bantuan bahan pokok, di mana bantuan semestinya datang dari Palu.
Ketika itu sambil menunggu tindakan langsung dari pemerintah berwenang, warga yang dibersamai oleh TNI dan Polri bekerja sama membangun jalan alternatif untuk dilalui, setidaknya oleh sepeda motor. Upaya warga yang dibantu TNI Polri memang membutuhkan kesabaran dan kelapangan dada.
Sebab meskipun sudah dibangun jalan yang dikhususkan bagi kendaraan roda dua, seperti motor untuk menyusuri hutan dan perkebunan warga, hujan deras tak henti membuat jalanan menjadi berlumpur. Tak pelak warga yang memanfaatkan kendaraannya untuk akses transportasi pun harus meminta bantuan warga lain, ketika motornya terjebak karena hujan. Kalau tidak begitu, motor bisa terjebak lumpur.
Kala itu, masyarakat yang terkena dampak putusnya jalan akibat banjir meminta bantuan pemerintah dengan cepat, karena akses yang digunakan adalah akses ke Ibu Kota. Ditambah dampak gempa belum sepenuhnya diperbaiki, tentu hal ini sangat menghambat masyarakat.
Hubungi di bawah sini untuk pembelian Mesin Las pipa hdpe.
Email :
mitratigaperkasa@gmail.com
sales@klikpipa.co.id
WhatsApp :
0812-1918-9447
0812-8308-8795
Baca Juga : Waspada Bom Pipa, Jembatan George Washington Ditutup Sementara
1 Komentar